Minggu, 26 April 2015

Pendidikan Akhlak

Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.

Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat.

Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. 




Tujuan utama dari pendidikan Islam ialah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral bukan hanya sekedar memenuhi otak murid-murid dengan ilmu pengetahuan tetapi tujuannya ialah mendidik akhlak dengan memperhatikan segi-segi kesehatan, pendidikan fisik dan mental, perasaan dan praktek serta mempersiapkan anak-anak menjadi anggota masyarakat.

Adapun tujuan pendidikan akhlak secara umum yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
a. menurut Omar Muhammad Al Thoumy Al- Syaibani “Tujuan tertinggi agama dan akhlak ialah menciptakan kebahagiaan dua kampung (dunia dan akherat), kesempurnaan jiwa bagi individu, dan menciptakan kebahagiaan, kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat”. Pada dasarnya apa yang akan dicapai dalam pendidikan akhlak tidak berbeda dengan tujuan pendidikan Islam itu sendiri.
b. menurut M. Athiyah al Abrasyi “Tujuan pendidikan budi pekerti adalah membentuk manusia yang berakhlak (baik laki-laki maupun wanita) agar mempunyai kehendak yang kuat, perbuatan-perbuatan yang baik, meresapkan fadhilah (kedalam jiwanya) dengan meresapkan cinta kepada fadhilah (kedalam jiwanya) dengan perasaan cinta kepada fadhilah dan menjauhi kekejian (dengan keyakinan bahwa perbuatan itu benar-benar keji).

Tujuan di atas selaras dengan tujuan pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/Th. 2003, bab II, Pasal 3 dinyatakan bahwa:
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tersebut mengisyaratkan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan adalah sebagai usaha mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu pendidikan dan martabat manusia baik secara jasmaniah maupun rohaniah. 



Hendaklah orang tua selalu memperhatikan anaknya sejak usia dini sehingga tdk akan diizinkan utk minum/makan yg berasal dari makanan haram, sehingga tdk diperoleh keberkahan dalam hidupnya, yg dpt membentuk wataknya yg buruk sehingga cenderung melakukan perbuatan yg tercela.
  1. Hendaklah perhatian ditingkatkan saat tanda kecerdasan tampak dalam diri anak. Tanda yg pertama adl rasa malu, sebab ketika mulai merasa malu terhadap perbuatan tertentu, inilah karunia Allah yg merupakan pertanda baik yg menunjukkan keseimbangan akhlaknya & ketulusan hatinya.
  2. Hendaklah dididik dari sifat rakus terhadap makanan, misalnya harus mengambil makanan dgn tangan kanannya, mengajarkannya mengucapkan Bismillah ketika mulai makan, makan dari tempat terdekat dgn dirinya, tdk merebut makanan orang lain, serta ditanamkan rasa tdk suka makan makanan dalam porsi yg besar karena byk makan membuat seseorang menjadi tdk ada bedanya dgn hewan. Kepadanya harus ditanamkan rasa senang memberikan makanan yg lbh baik utk orang lain & dianjurkan utk bersikap wajar terhadap makanan & tdk mencela makanan yg kurang enak.
  3. Hendaknya ditanamkan rasa suka terhadap pakaian putih daripada warna lain atau kain sutera, sehingga terjaga dari kebiasaan hidup mewah, bersenang-senang & mengenakan pakaian mahal. Sesungguhnya anak yg sejak kecil kurang diperhatikan biasanya akan tumbuh dgn perangai yg buruk, pendusta, pendengki, keras kepala, suka mencuri, memfitnah, bercanda & tertawa berlebihan, licik & amoral.
  4. Hendaknya disibukkan oleh kegiatan mempelajari Al-Quran, hadist & riwayat-riwayat tentang orang-orang yg baik, utk menumbuhkan dalam jiwanya rasa cinta terhadap orang-orang saleh. Kemudian ketika sifat baik & amal saleh ditunjukkan, maka harus diberikan apresiasi yg menggembirakan hatinya. Tetapi sebaliknya, jika melakukan hal yg buruk, hendaklah seakan- akan diabaikan, disembunyikan, tdk diungkapkan ke orang lain. Seandainya ia mengulangi perbuatan itu sekali lagi, maka harus dimarahi tanpa sepengetahuan orang & disadarkan bahwa perbuatannya itu cukup serius.
  5. Hendaklah orangtua tdk terus-menerus memarahi anak, sebab membuatnya kebal akibatnya tetap melakukan perbuatan buruk. Hendaknya seorang ayah menjaga kewibawaan ucapannya & hanya memarahi bila tdk ada pilihan lain. Ibulah yg memperingatkan anak dgn menyebut ayahnya.
  6. Hendaklah dilarang tidur siang hari, karena dpt menimbulkan sikap malas. Harus dibiasakan utk berjalan, bergerak & berolahraga pd siang hari sehingga terbebas dari rasa malas. Janganlah anak dibiarkan gemuk karena akan sulit menjauhi sikap manja. Sebaliknya, hendaknya dibiasakan mengenakan pakaian & makan makanan sederhana.
  7. Hendaknya dilarang melakukan sesuatu secara diam-diam, sebab akan terbiasa melakukan perbuatan buruk. Hendaknya dilarang membanggakan harta orangtuanya, namun dibiasakan bersikap rendah hati, pemurah & santun dalam berbicara. Hendaknya dilarang menerima apapun dari anak lain, sebaliknya kepadanya harus diajarkan bahwa kemuliaan terletak pd sikap memberi. Hendaknya kpd anak diajarkan tentang keburukan mencintai & ketamakan terhadap emas, perak.
  8. Hendaklah dibiasakan utk tdk meludah, menguap atau menyusut ingus di hadapan orang lain, tdk memunggungi siapapun, menyilangkan kaki, menopang dagu atau mengganjal kepalanya dgn tangannya, karena perbuatan semacam itu menunjukkan kemalasan. Haruslah diajari mengenai cara duduk & dilarang utk terlalu byk berbicara. Hendaklah dilarang bersumpah terhadap sesuatu, baik benar maupun salah. Sebaiknya diajari mendengarkan dgn cermat setiap kali orang yg lbh tua berbicara & bangkit dari duduknya setiap kali orang yg lbh tua masuk, menyediakan tempat untuknya. Hendaklah dilarang berbicara seenaknya, mengutuk, menghina seseorang atau bergaul dgn orang yg demikian. Kebiasaan buruk akan muncul dari teman sepergaulan yg buruk. Dan sesungguhnya prinsip pendidikan adl menjauhkannya dari teman sepergaulan yg buruk.
  9. Hendaklah setelah mengikuti pelajaran, agar diizinkan bermain & diberi kesempatan beristirahat, utk mencegah anak menguras tenaga utk selalu belajar yg akan mematikan hatinya, merusak kecerdasannya & menghambat gairah hidupnya.
  10. Hendaknya diajarkan sikap patuh terhadap orangtua, guru & orang yg lbh tua. Kemudian ketika anak mencapai usia remaja, hendaknya tdk melalaikan kewajiban berwudhu & shalat serta diperintahkan berpuasa di bulan Ramadhan. Diingatkan bahwa makanan hanya sarana mempertahankan kesehatan & bahwa tujuannya menjadikan seorang manusia kuat menjalankan ibadah kpd Allah SWT, mengingat tdk satupun yg kekal didalamnya serta kematian akan memutus kenikmatannya. Sesungguhnya, dunia hanyalah tempat persinggahan, bukan tempat tinggal abadi. Akhiratlah yg merupakan tempat tinggal abadi. Sesungguhnya kematian menanti setiap saat, karenanya orang yg cerdas & berakal adl orang yg menyiapkan bekal di dunia utk keperluan di akhirat sehingga beroleh derajat yg tinggi di sisi Allah & kebahagiaan melimpah di surga. Jika pendidikan pd masa anak baik, maka akan berkesan & berpengaruh kuat di dalam hatinya laksana tulisan di atas batu.
 




Amalan yang Mewarnai Penentuan Takdir


Oleh Muhammad Arifin Ilham

Hampir dipastikan, kita semua tidak pernah bisa meraba bagaimana rupa takdir kita ke depan. Segala sesuatunya adalah misteri bagi kita. Acap kali kejadian dan semua peristiwa terjadi begitu saja tanpa bisa direkayasa. Terkadang kita juga tidak berkuasa dengan amalan kita sendiri. Kegagalan, kesuksesan, kaya miskin, antara kehidupan dan kematian adalah mutlak milik Allah. Bahkan, di beberapa ayat diinformasikan, salah satunya dalam QS ash-Shaaffat, [37]: 96, bahwa kita dan semua amalan kita Allahlah pembuat skenarionya, "Wallahu khalaqakum wa maa ta'maluun".

Meski pembuat skenario semuanya adalah Allah SWT, tapi hal yang tidak bisa dinapikan adalah bahwa banyak amalan yang bisa menentukan arah keberpihakan takdir-Nya. Pertama, doa. Sebuah hadis, Laa yaruddul qadhaa-a illa biddu'a, tidak ada yang dapat menolak takdir kecuali doa. Jika kita menghendaki kegagalan beralih kepada kesuksesan, maka ubahlah di antaranya dengan doa. Kenapa? Karena Allah sangat mencintai hamba-Nya yang banyak minta kepada-Nya. Dalam hadis lain disebutkan, "Innallaaha yuhibul mulihhiina biddu'a." Karena Allah mencintai hamba-Nya, maka akan mudah bagi-Nya mengubah apa pun dari semua ciptaan-Nya. Cukup dengan mengatakan, "Jadilah!" Maka, "Terjadilah." (QS Yaasiin [36]: 82).

Ketahuilah, doa telah terbukti menjadi senjata yang cukup menentukan bagi orang-orang yang beriman. Sabda Nabi SAW, "ad-Du'au silahul mu'miniin." Doa adalah senjata orang yang beriman. Di antara petikan sejarah yang mampir di telinga kita adalah cerita keajaiban senjata doa Ibrahim 'alaihis salam ketika dipanggang di api unggun raksasa. Saat itu Raja Namrudz memerintahkan punggawa kerajaan untuk mengumpulkan kayu bakar dan disulutkan api raksasa. Lalu Ibrahim diletakkan di atasnya.

Saat itu Ibrahim-seorang hamba pilihan-Nya yang memiliki sebuah keyakinan dan kepasrahan total kepada Sang Khalik- sudah tidak memiliki daya apa pun kecuali senjata doa. Tidak lama, Allah pun kemudian menghadirkan takdir lain dari api, yaitu dingin dan turut membantu menyelamatkan Ibrahim as. "Hai api, jadilah dingin dan selamatkan Ibrahim." (QS al-Anbiyaa [21]: 69). 

Kekuatan doa itu pula yang dibuktikan oleh Nabi Musa dan para pengikutnya ketika mereka terdesak di Laut Merah saat dikejar oleh pasukan Firaun. Hukum alam air yang tidak mungkin terbelah dan terpisah, ternyata kala itu tidak berfungsi. Bersamaan dengan doa, air membelah dirinya dan mempersilakan Musa dan pengikutnya lewat. Musa pun selamat, justru Firaun dan semua pasukannya terkubur di dasar Lautan Merah.

Allahu akbar, doa adalah sebuah kekuatan (the power). Bahkan, dalam doa berhimpun berbagai kekuatan untuk menghadirkan puncak harapan setiap hamba." Jika hamba-Ku bertanya tentang Aku, sungguh Aku teramat dekat. Aku akan memenuhi permintaanmu jika kamu memohon (berdoa) dan beriman kepada-Ku" (QS al-Baqarah [2]: 186). Wallahu a'lam.

Cara Meraih Hidayah Allah SWT


Oleh Suprianto

Untuk meraih hidayah Allah, setiap Muslim harus memiliki naluri spiritual, menggunakan akal dan pancaindera, yang sesuai dengan ajaran Islam. Tiga hal tersebut akan lebih lengkap jika kita kembali pada Alquran, hadis Nabi SAW, dan memakmurkan masjid.

Salah satu cara meraih hidayah Allah SWT adalah dengan memakmurkan masjid. Bukan sekadar menghadiri shalat, tetapi bagaimana menangkap cahaya hidayah yang terpancar dari masjid.

"Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS At-Taubah [9]: 18).

Masjid adalah pancaran nur Ilahi. Allah adalah sumber dan pemberi cahaya. Suatu bahan yang terlihat mengilap atau kusam bergantung pada sifat dan posisi bahan itu apakah dia memantulkan, menyerap cahaya atau tidak. Cahaya dapat berbelok, dapat memantul.

Hidayah juga demikian. Cahaya hanya menembus benda yang transparan melalui kaca. Cahaya tidak dapat menembus tembok, demikian juga cahaya spiritual. Jika hati tertutup, cahaya atau hidayah Allah tidak akan masuk. Ini salah satu sebab mengapa orang ingkar dinamakan kafir. Sebab, hati mereka telah tertutup. Karena itu, bukalah pintu hati dan pikiran untuk meraih hidayah Allah.

Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat-(nya) yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.'' (QS An Nuur [24]: 35)

Kalau kita ingin pengetahuan, ingin hidayah, maka gunakan naluri kita, gunakan pancaindera dan akal kita. Akal saja tidak cukup, dia memerlukan minyak untuk menyalakan api itu. Kalau minyaknya kotor, akan lahir asap yang memburamkan cahaya. Dan minyak yang bersih akan melahirkan cahaya yang bersih pula.

Peliharalah cahaya itu agar senantiasa bersinar dan menerangi hati kita. Gunakanlah hati, pikiran, dan seluruh pancaindera, agar api dan cahaya itu tidak padam. Dan dari masjid kiranya hal tersebut bisa kita dapatkan. Sebab, orang yang memakmurkan masjid, berarti telah memancarkan cahaya Ilahi. Dan siapa yang berada di jalan cahaya Ilahi, niscaya dia akan selalu diterangi. Mudah-mudahan kita selalu mendapatkan limpahan hidayah Allah karena aktivitas kita selalu terpaut ke masjid.